Senin, 20 Desember 2010

tasawuf

Atas Berkat Rahmat Allah.
Just another WordPress.com weblog
Arsip untuk Shiddiqiyyah kategori








Atas Berkat Rahmat Alloh Yang Maha Kuasa
http://shiddiqiyyah.com/cgi-bin/plist.m3u?user=radio&type=m3u&ext=file.m3u

Al Istiqomatul Isti’aana.
Posted in Shiddiqiyyah on November 18, 2008 by aditya
Gedung Al Istiqoomatul Isti’aanah diresmikan pada Tanggal 27 Rojab 1425H atau tanggal 12 September 2004 M bersama itu juga diresmikannya Gedung Jaami’atul Mudzakkirin Yarjuu Rohmatalloh. Malam harinya diadakan peringatan Isro’ Mi’roj Nabi Muhammad SAW dan hari Shiddiqiyyah yang ke 14.
Latar Belakang Pembangunan Gedung Al Istqoomatul Isti’aanah
Bapak Kyai Moch Muchtar Mu’thi sebagai Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah, banyak menjadi tempat pengaduan berbagai masalah. Dari masalah-masalah kecil sampai masalah-masalah besar. Hampir 90 persen dari tamu-tamu Beliau adalah tamu yang mengalami kesusahan. Melihat yang demikian maka beliau berinisiatif untuk mengadakan isti’anah yaitu do’a bersama yang akan Beliau pimpin sendiri, dimana semua peserta memohon sesuai dengan hajat dan kepentingannya masing-masing.
Mengenai nama Isti’anah bapak Kyai menerangkan bahwa nama itu diambil dari lafadz yang ada di dalam lambang Thoriqoh Shiddiqiyyah yang berbunyi “Iyya ka na’buduu wa iyyaka nasta’iinu”.
Maka untuk keperluan di atas, diperlukan suatu tempat khusus. Tempat tersebut sekarang dapat kita lihat di lokasi komplek pesantren Majma’al Bahrain Shiddiqiyyah yang berbentuk bangunan tembok melingkar seluas 1 hektar. Dan Alhamdulillah telah kita gunakan setiap tanggal 15 dan sudah hampir 2 tahun.
Kilas balik
Jauh sebelum ada proyek pembangunan di kawasan sawah pesantren Majma’al Bahrain, dahulu tempat tersebut merupakan kebun mangga. Bapak kyai membeli tanah tersebut dari warga desa Losari berkisar tahun 1980 an. Kemudian tanah itu ditanami dengan pohon mangga yang tertata rapi. Sekarang tanah seluas + 2 hektar, dipenuhi dengan bangunan megah nan indah.
Gubuk-gubuk dalam Kenangan
Dulu di tengah rerimbunan pohon mangga itu terdapat bangunan gubuk-gubuk, diantaranya adalah gubuk penceng, gubuk akmaliyyah dan gubuk para santri. Dinamakan gubuk penceng sebab gubuk tersebut menghadap ke arah yang menceng ke arah timur laut jika posisinya dilihat dari gubuk Akmaliyah waktu itu. Karena itulah gubuk itu terkenal dengan sebutan gubuk penceng. Biasanya kalau Bapak Kyai miyos (berkunjung ed.) melihat areal sawah, beliau singgah sejenak di gubuk penceng dan gubuk Akmaliyyah.
Sekeliling gubuk penceng itu terlihat indah dan asri, demikian kenang salah seorang yang dahulunya pernah nyantri bertempat di lokasi sawah ini. Di depan gubuk itu ada lorong jalan ke utara + 20 m yang kanan kirinya penuh dengan bunga-bunga yang indah. Di ujung lorong terdapat gapuro bambu bertuliskan ayat al Qur-an ”Wassalamu ‘ala manittaba’al huda”.
Dari ujung lorong jalan ke arah kanan (timur) terdapat gapuro dari batu sigit. Gapuro itu merupakan bagian dari kawasan gubuk Akmaliyah. Jadi di sebelah timur laut gubuk penceng itu adalah lokasi gubuk Akmaliyah. Menurut bapak Muchayyarun Mu’thi, gubuk Aklamiyah dibangun sekitar tahun 1983-1984 M. Gubuk ini digunakan sebagai tempat Bapak Kyai menyampaikan pelajaran Akmaliyah. Akmaliyyah adalah pelajaran thoriqoh yang diterima Bapak kyai dari Kyai Muntoho. Di masa mudanya Bapak Kyai menerima pelajaran dari beberapa aliran thoriqoh diantaranya adalah thoriqoh Akmaliyah disamping juga thoriqoh Shiddiqiyyah. Adapun yang dikembangkan oleh bapak kyai adalah thoriqoh Shiddiqiyyah.
Sedangkan gubuk santri dulunya digunakan sebagai tempat para santri menginap. Jumlah santri yang berdomisili di lokasi kebun (yang oleh warga setempat lebih dikenal dengan sawah ed.) itu sekitar 25 orang. Pada waktu itu mereka ada dalam pengawasan Bapak kholifah Saifu Umar Ahmadi dan berasal dari berbagai daerah di Jawa dan Sumatra. Aktifitas mereka sehari-hari selain mengaji juga mengerjakan pertanian seperti menanam padi, pisang, kedelai serta aktifitas pembangunan fisik berbagai bangunan yang ada
disekitar lokasi Pondok Pesantren sesuai dengan yang diperintahkan Bapak kyai.
Pada masa itu kehidupan para santri sangat sederhana. Makanan sehari-hari mereka, hanya dengan lauk garam, namun dari jiwa pengabdian mereka terwujud karya-karya indah yang saat ini bisa dinikmati oleh warga Shiddiqiyyah.
Kurang lebih pada tahun 1989 M, di sebelah gubuk penceng di bangun bangunan Vila yang direncanakan untuk tempat peristirahatan Beliau Bapak Kyai. Setelah beberapa tahun, bangunan tersebut belum ada kelanjutan hanya sampai pada pendirian tiang saja.
Tepat pada tanggal 28 Dzul Hijjah 1420H/3 April 2000M, pembangunan Isti’anah dimulai. Bangunan ini merupakan perubahan fungsi dari bangunan villa yang kondisinya masih setengah jadi. Waktu itu Bapak Kyai menyampaikan kepada Bapak Saifu Umar Ahmadi, “Kalau kamu yaqin, ya kerjakan, tapi kalau tidak yaqin jangan dikerjakan. Dan janganlah minta bantuan kepada siapapun, tetapi kalau dibantu janganlah ditolak.”
Maka setelah itu Bapak Saifu Umar Ahmadi menghimpun dan memberi pengarahan kepada santri-santri asuhannya yang dikenal dengan istilah “arek-arek sawah” untuk mulai mengerjakan dengan bersemangat dan sungguh-sungguh.
Kemudian Beliau selaku penerima mandat pembangunan Isti’anah tersebut, juga membuat surat pemberitahuan kepada seluruh warga Thoriqoh Shidiqiyyah di Pusat maupun di daerah-daerah. Isinya memberikan kesempatan kepada warga Thoriqoh untuk ikut ambil bagian bagi yang peduli, secara sadar dan ikhlas memberikan bantuan baik berupa tenaga, material maupun dana.
Setelah mengkoordinasi tenaga kerja, material maupun dana, Beliau mencanangkan pembuatan batu bata sebanyak mungkin, yang nantinya akan digunakan untuk pagar keliling. Pembangunan dimulai dari pondasi keliling dan bangunan bundar di bagian tengah. Kemudian mulai tahun 1421H/2001 M diadakan pengurukan tahap demi tahap sampai tahun 2003 M. Pengurukan ini menghabiskan sampai ribuan truk tanah yang diambil diantaranya dari Kabuh Jombang. Dalam waktu itu juga dengan melibatkan tenaga kerja dari daerah-daerah mulai mengerjakan pembangunan pagar keliling bangunan Isti’anah.
Sampai bulan Rojab tahun 1425 H, terus menerus siang dan malam bangunan eksterior maupun interior terus di benahi dengan makin dekatnya waktu tasyakuran peresmian bangunan ini pada tanggal 27 Rojab 1425 H atau 12 September 2004 M, bersamaan dengan peringantan Isro’ Mi’roj nabi Muhammad SAW dan Hari shiddiqiyyah yang ke 14 . Nama bangunan Isti’anah sendirinya dulunya adalah Isti’anah li ahli hizbul istiqoomah kemudian oleh Bapak Kyai diganti dengan Al ISTIQOOMATUL ISTI’AANAH, yang artinya kurang lebih adalah Tetap Lestarinya Pertolongan Allah.
Tinggalkan komentar »
Profil SHIDDIQIYYAH.
Posted in Shiddiqiyyah on November 12, 2008 by aditya

















Lambang Shiddiqiyyah
PENGERTIAN & DASAR THORIQOH

PENGERTIAN THORIQOH
Thoriqoh adalah jalan atau cara atau metode.
Semua ibadah ada cara atau metodenya; sholat, puasa, zakat, haji semuanya ada metodenya dan cara-cara itu dinamakan Thoriqoh.
DASAR THORIQOH
“Dan jika manusia tetap pada suatu Thoriqoh, pasti mereka akan mendapatkan air yang menyegarkan”. (Qs: Al Jin 16)
Berdasarkan Qs: Al Jin 16, ajaran Thoriqoh adalah ajaran agama Islam, bukan ajaran Ulama’ Salaf (Ulama pertengahan setelah para sahabat), sebagaimana anggapan sebagian kecil ummat Islam. Ajaran Thoriqoh dititikberatkan kepada ajaran Dzikrulloh. Masalah Dzikrulloh telah dicontohkan atau diajarkan oleh Nabi Besar Muhammad SAW.
Tersebut di dalam al-Qur’an :
“Sungguh ada bagi kamu di dalam diri Rosul itu contoh yang bagus, bagi siapa saja yang ingin bertemu Alloh dan hari akhir, maka Dzikirlah kepada Alloh yang sebanyak-banyak- nya”. (Qs: Al-Ahzab : 21)
Ajaran Thoriqoh / Dzikrulloh ini adalah ajaran yang bersifat khusus, artinya tidak akan diberikan / diajarkan kepada siapa saja, selama orang itu tidak memintanya.
Oleh sebab itu untuk menerima ajaran Thoriqoh/Dzikrulloh ini harus melalui Bai’at, tersebut di dalam al-Qur’an surat: “Sesungguhnya orang-orang yang BAIAT kepadamu (Muhammad), sesungguhnya mereka BAIAT kepada Alloh” (Qs: Al Fath : 10)
Baiat sebagai Bentuk Proses Ijab Kobul Pelajaran
Untuk memperoleh pelajaran Shiddiqiyyah harus melalui proses pengajaran dan pengesahan ijab-kobul antara seorang guru ( Mursyid atau wakil yang ditunjuk ) dengan murid, disebut Baiat.
Baiat bukan sumpah setia kepada guru atau lembaga thoriqoh / organisasinya.
Pelajaran Thoriqoh tanpa melalui proses Baiat, maka Barokah Ilmu Khusus dari Rosululloh SAW melalui guru-guru secara berantai, tidak dapat mengalir.
PELAJARAN THORIQOH SHIDDIQIYYAH

1. Pelajaran Pertama : Dzikir Jahar Nafi Isbat.
2. Pelajaran Kedua adalah Dzikir Sirri
3. Pelajaran Ketiga adalah Dzikir Thobib Rukhani 7 hari.
4. Pelajaran Keempat adalah Dzikir Thobib Rukhani 40 hari.
5. Pelajaran Kelima adalah Dzikir Fatihah.
6. Pelajaran Keenam adalah Dzikir Ayat Nur.
7. Pelajaran Ketujuh adalah Mi’roj
Baiat sebagai Bentuk Proses Ijab Kobul Pelajaran, untuk memperoleh pelajaran Shiddiqiyyah harus melalui proses pengajaran dan pengesahan ijab-kobul antara seorang guru (Mursyid atau wakil yang ditunjuk) dengan murid yang disebut Baiat.
Baiat bukan merupakan sumpah setia kepada guru atau lembaga thoriqoh / organisasinya.
Bila Pelajaran Thoriqoh ditempuh tanpa melalui proses Baiat, maka Barokah Ilmu Khusus dari Rosululloh SAW melalui guru-guru secara berantai tidak dapat mengalir. Sehingga penempuh pelajaran tak-kan merasakan apa-apa.
Pelajaran dapat ditempuh dengan cara berurutan tanpa boleh mengacak.
SILSILAH THORIQOH SHIDDIQIYYAH

Dalam kitab “Tanwirul Qulub Fi Mu’amalati ‘allamil Ghuyub” karangan Syaikh Muhammad Amin Kurdi Al Arbili, pada bab “Faslun Fi Adaabil Murid Ma’a Ikhwanihi” halaman 539 disebutkan demikian:
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya julukan silsilah itu berbeda-beda, disebabkan oleh perbedaannya kurun waktu, silsilah dari sahabat Abu Bakar Shiddiq R.A sampai kepada syaih Thoifur bin Isa Abi Yazied Al Busthomi dinamakan SHIDDIQIYYAH.”
Silsilah Thoriqoh Shiddiqiyyah melalui Sahabat Salman Al Farisi sampai pada Syekh Muhammad Amin Al Kurdi Al Irbil, dari Kitab Tanwirul Qulub.
1. Alloh Ta’ala.
2. Jibril ‘alaihi Salam.
3. Muhammad Rosululloh SAW.
4. Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A.
5. Salman Al Farisi R.A.
6. Qosim Bin Muhammad bin Abu Bakar Ash-Shiddiq R.A.
7.Imam Ja’far Shodiq Siwa Sayyidina Qosim bin Muhammad bin Abi Bakar Ash-Shiddiq R.A. (Silsilah ini dinamakan Thoriqoh Shiddiqiyyah)
8. Syaikh Abi Yasid Thifur bin Isa bin Adam bin Sarusyan Al Busthomi.
9. Syaikh Abil Hasan Ali bin Abi Ja’far Al Khorqoni.
10. Syaikh Abi Ali Al Fadlol bin Muhammad Ath Thusi Al Farmadi.
11. Syaikh Abi Ya’qub Yusuf Al Hamdani. ( Thoriqoh At Thoifuriyyah).
12. Syaikh Abdul Kholiq Al-Ghojduwani Ibnul Imam Abdul Jalil.
13. Syaikh ‘Arif Arriwikari.
14. Syaikh Mahmud Al-Anjari Faghnawi.
15. Syaikh Ali Ar Rumaitani Al Mansyur Bil’Azizaani.
16. Syaikh Muhammad Baabas Samaasi.
17. Syaikh Amir Kullaali Ibnu Sayyid Hamzah, ( Thoriqoh Al Khuwaajikaaniyyah).
18. Syaikh Muhammad Baha’uddin An-Naqsyabandi bin Muhammad bin Muhammad Syarif Al-Husain Al-Ausi Al-Bukhori.
19. Syaikh Muhammad bin ‘Alaaiddin Al Athori.
20. Syaikh Ya’qub Al Jarkhi, ( Dinamakan Thoriqoh An-Naqsyabandiyyah).
21. Syaikh Nashiruddin Ubaidillah Al-Ahror As-Samarqondi bin Mahmud bin Syihabuddin.
22. Syaikh Muhammad Azzaahid.
23. Syaikh Darwis Muhammad As-Samarqondi.
24. Syaikh Muhammad Al-Khowaajaki Al-Amkani As Samarqondi.
25. Asy-Syaikh Muhammad Albaaqi Billah, (Disebut Thoriqoh Ahroriyyah).
26. Asy-Syaikh Ahmad Al Faruqi As-Sirhindi.
27. Asy-Syaikh Muhammad Ma’shum.
28. Asy-Syaikh Muhammad Syaifuddien.
29. Asy-Syaikh Muhammad Nurul Badwani.
30. Asy-Syaikh Habibulloh Jaanijanaani Munthohir.
31. Asy-Syaikh Abdillah Addahlawi, ( Thoriqoh Mujaddadiyyah).
32. Asy-Syaikh Kholid Dliyaa’uddien.
33. Asy-Syaikh Utsman Sirojul Millah.
34. Asy-Syaikh Umar Al-Qothbul Irsyad.
35. Asy-Syaikh Muhammad Amin Al-Kurdi Al-Irbil, ( Thoriqoh Kholidiyyah).
MURSYID THORIQOH SHIDDIQIYYAH

Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah
Thoriqoh Shiddiqiyyah saat ini dipimpin oleh seorang Mursyid yaitu Kyai Muchammad Muchtar Mu’thi putra dari pasangan Hajj Abdul Mu’thi dan Nyai Nashihah.
Dilahirkan di desa Losari, Ploso Jombang Jawa Timur, tanggal 28 Agustus 1928.
Pendidikan yang pernah ditempuh adalah: Madrasah Islamiyah Rejoagung, Ploso, Jombang, Pesantren Rejoso, Peterongan, Jombang, kemudian dilanjutkan di Pesantren Tambakberas, Jombang.
Setelah menempuh pendidikan pesantren beliau menjadi guru Madrasah di Lamongan dan pada saat itulah bertemu dengan Syekh Ahmad Syuaib Jamali Al Banteni yang pada akhirnya melimpahkan Ilmu Thoriqoh pada Muchammad Muchtar. Beliau mendapat pendidikan dan pengajaran Thoriqoh dari Syekh Syuaib dalam crass program, atau program intensif lima tahun.
Mulai tahun 1959 Kyai Muchtar mengajarkan Thoriqoh Shiddiqiyyah di desa Losari Ploso Jombang sampai sekarang.
Pada perkembangan terakhir ini, Thoriqoh Shiddiqiyyah sudah tersebar ke berbagai pelosok tanah air Indonesia bahkan ke negera tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Murid-murid thoriqoh Shiddiqiyyah terus bertambah setiap hari dan diperkirakan sekarang ini lebih dari lima juta orang.
Mereka terdiri dari segala umur, berbagai tingkat sosial ekonomi dan berbagai profesi dan keahlian.
Karena pesatnya perkembangan kaum muslimin muslimat yang memerlukan bimbingan pelajaran thoriqoh Shiddiqiyyah, beliau Mursyid, mengangkat wakil-wakil yang disebut Kholifah yang bertugas mewakili Mursyid memberikan bimbingan pada murid-murid Shiddiqiyyah di seluruh penjuru nusantara.
Kholifah yang pertama diangkat adalah Slamet Makmun, sebagai murid pertama, kemudian diikuti Duchan Iskandar, Sunyoto Hasan Achmad, Ahmad Safi’in, Saifu Umar Achmadi, Muhammad Munif dan lain-lain hingga lebih dari 40 orang kholifah.
Biografi singkat Pimpinan / Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah :
Kyai Muchammad Muchtar Mu’thi
Lahir : Losari, Ploso Jombang, 28 Agustus 1928
Alamat : Desa Losari Kec.Ploso Kab.Jombang Jawa Timur
Pendidikan :
- Madrasah Islamiyah Rejoagung Ploso Jombang
- Pesantren Rejoso Peterongan Jombang
- Pesantren Tambakberas, Jombang

DELAPAN KESANGGUPAN THORIQOH SHIDDIQIYYAH

1. Sanggup Taat Kepada Alloh Ta’ala, Bakti Kepada Allah Ta’ala.
2. Sanggup Taat Kepada Rosululloh, Bakti Kepada Rosululloh.
3. Sanggup Taat Bakti Kepada Orang Tua ( Ibu – Bapak ).
4. Sanggup Bakti Kepada Sesama Manusia.
5. Sanggup Bakti Kepada Negara Republik Indonesia (Untuk warga negara Indonesia).
6. Sanggup Cinta Tanah Air Indonesia (Untuk warga negara Indonesia).
7. Sanggup Mengamalkan Thoriqoh Shiddqiiyyah.
8. Sanggup Menghargai Waktu
_______________________________________________________
PENGERTIAN, TUJUAN DAN FAHAM THORIQOH SHIDDIQIYYAH
Arti Thoriqoh Shiddiqiyyah
Dari segi bahasa, Thoriq berasal dari kata THORIQ artinya JALAN, Shiddiqiyyah berasal dari kata SHIDDIQ artinya BENAR.
Jadi Thoriqoh Shiddiqiyyah artinya Jalan yang Benar, bukan jalan yang salah Dan dikatakan Thoriqoh Shiddiqiyyah sebab :
1. Silsilahnya melalui Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a.
2. Ajarannya berdasarkan al-Qur’an dan Hadits Nabi Besar Muhammad SAW.
Tujuan Thoriqoh Shiddiqiyyah
1. Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar dekat kepada Alloh yang sebenar-benarnya dekat (melalui praktek Dzikir Jahar Nafi Itsbat)
2. Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar kenal kepada Alloh yang sebenar-benarnya kenal (melalui praktek Dzikir Sirru Ismu Dzat) Untuk tercapainya dekat dan kenal kepada Alloh, praktek Dzikir Jahar dan Sirri harus selalu ditingkatkan secara istiqomah.
3. Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar menjadi manusia Taqwalloh, taqwa yang sebenar-benarnya Taqwa.
Untuk mencapainya ada 3 jalan pokok yang harus dilaluinya (dikerjakan), yaitu:
* melalui Jalan Ibadah (Sholat)
“Wahai seluruh manusia beribadahlah (Sholat) kepada Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, barangkali kamu menjadi taqwa”. (Qs: Al Baqoroh : 21)
* melalui Jalan Puasa
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan kepadamu berpuasa sebagaimana diwjibkan atas orang-orang sebelum kamu, barangkali kamu menjadi Taqwa” (Qs: Al Baqoroh : 183)
* melalui Jalan Dzikir
“Dan tetapkanlah (hubungkanlah) jiwamu dengan kalimah Taqwa” (Qs:Al fath : 26) Untuk mencapai taqwa, Ibadah sholat, Puasa, Dzikir kalimah Taqwa harus selalu ditingkatkan. Dan apabila Taqwa telah tercapai tanda-tandanya diantaranya sebagaimana tersebut di dalam al-Qur’an: “Sesungguhnya orang paling mulia diantara kamu bagi Alloh ialah orang yang paling Taqwa diantara kamu”. (Qs: Al hujurat : 13) “Sesungguhnya orang-orang taqwa itu berada di dalam Surga” (Qs: Alhijr : 45)
Manusia dididik, dibimbing, dituntun agar menjadi Manusia yang berSyukur kepada Alloh.
“Dan bersyukurlah kamu kepadaKu dan jangan kamu kufur” (Qs: Al Baqoroh : 152) Apabila kita telah menjadi syukur, Alloh akan meridhoinya, tersebut dalam Qur’an: “Dan sesungguhnya kalau kamu bersyukur, meridhoiNya (Alloh) kepada kamu”. (Qs: Azzumar : 7)
Faham Thoriqoh Shiddiqiyyah
Faham Shiddiqiyyah adalah faham Tasawuf, yang dimaksud faham tasawuf adalah faham kebersihan jiwa.
Orang-orang Shiddiqiyyah adalah orang-orang Tasawuf, orang-orang yang selalu menjaga kebersihan jiwanya.
Jiwa harus dijaga dan dibersihkan dari sifat-sifat yang kotor, tercela, tak terpuji, dan diisi dengan sifat-sifat suci, bersih, terpuji, sebagaimana perintah Rosululloh di dalam Hadits yang berbunyi, “Takholaku bi akhlakillah” artinya: “Berakhlaklah kamu dengan akhlaknya Alloh”
Dan jiwa yang suci, bersih, terpuji itu harus dihayati, diresapi sampai menjadi kenyataan di dalam pergaulan sehari-hari, di masyarakat.
Tanpa memiliki jiwa yang suci, bersih dan terpuji, tak mungkin kita bisa dekat, kenal dan taqwa kepada Alloh, meskipun Dzikrulloh kita kerjakan sebanyak-banyaknya, tersebut di dalam al Qur’an:
“Maka diilhamkan kepadanya sifat Fujur dan sifat Taqwa, sungguh beruntung orang yang membersihkan jiwanya”. (QS: Asy-syamsi : 8).
Oleh sebab itu mudah-mudahan Alloh selalu melimpahkan Rohmat dan HidayahNya, sehingga kita warga Shiddiqiyyah selalu dapat membersihkan dan menjaga, kebersihan Jiwa kita, serta akhirnya kita bisa dekat, kenal dan Taqwa kepada Alloh SWT (bisa merasakan adanya Alloh , bisa merasakan limpahan rohmat, berkat dan nikmat dari Alloh)
(diambil dari berbagai sumber)
1 Komentar »
THORIQOH SHIDDIQIYAH.
Posted in Shiddiqiyyah on November 11, 2008 by aditya
SHIDDIQIYAH.
Oleh Kyai Muchammad Muctar Bin Hajji Abdul Mu’thi
Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah
Diterbitkan pertama pada Peringatan Isro Mi’roj Nabi Muhammad SAW
dan Hari Shiddiqiyyah-1 Tahun 1412H/1992M
I. ASAL-USUL GELAR ” ASH-SHIDDIQ”(Kitab Tafsir Durul Mansur, Nurul Absor )
Qola Rosululloh SAW. :”Lamma Usriya bihi inni uridu an akhruja ilaa Quraisyin Fa akhbiruhun Fakadzdzabuhu Fashoddaqohu Abu Bakrin Rodliyallohu ‘anhu Fasummiya yaumaidzin Ash-shidqu.” ( ‘An Ummi Hani-Rowahu Thobroni Tafsir Durul Mansur-VI/hal.158).
Artinya : Bersabda Rosululloh SAW, ” Semasa aku di isro’kan, saya hendak keluar untuk menyampai- kan kepada kaum Quraisy, kemudian aku ceritakan kepadanya maka mereka mendustkannya. Dan yang membenarkan itu adalah Abu Bakar Rodliyallohu ‘anhu.
Maka pada hari itu ia saya beri gelar: ‘ ASH-SHIDDIQ’ “.
Keterangan :
Sahabat Abu Bakar pada zaman Jahiliyah namanya ” Abdul Ka’bah”.
Kemudian Rosululloh SAW.memberikan nama ” Abdulloh”, ayahnya bernama ” Abi Qukhafah”. Beliau lahir di Makkah setelah peristiwa Fiel (Gajah) berselang dua tahun 14 hari.( Dari Kitab Nurul Abshor, hal 59).
Oleh karena Beliaulah satu-satunya sahabat Nabi yang paling awal menerima
kebenaran-nya peristiwa ISRO’ wal MI’ROJ, maka Rosululloh SAW. Memberikan gelar kepadanya “Ash Shiddiq”, sebagaimana tersebut dalam hadits diatas.” Fasammi yaumaidzish shiddiqu”.
Menurut kata Sayyidina Ali Karromallohuwajhah :
“Innalloha ta’ala anzala isma Abi Bakrin minassamaa-‘I Ash-Shiddiequ litashdiqihi khobarul isro’I”
Artinya ” Sesungguhnya Alloh Ta’ala telah menurunkan nama Abu Bakar dari langit :
“Ash-Shiddiq” karena dia menerima kebenaran kabar Isro’.(Kitab Nurul Absor,hal 59
Taliiq Asy Syikho mu-min).
II. ASAL-USUL ISTILAH ” SHIDDIQIYYAH”( Kitab Barjanji –Natsar) .
Kemudian dari kalimat (kata) : ” ASH SHIDDIQ ” itu dibentuk, diberi “YA MUNASABAH” akhirnya menjadi kata : ” ASH-SHIDDIQIYYAH “. Sebagaimana tersebut dalam kitab Barjanji – Natsar ” Ath-thir” yang ke 12 yang bunyinya :
” Wa awwalu man aamana bihi minar rijaali Abu Bakrin shohibul Ghori wash-shiddiqiyyah “.
Yang artinya : ” Dan awalnya orang yang percaya dengan Isro’ dari orang laki-laki ialah Abu Bakar, yang diberi julukan Shihibul Ghor dan Ash Shiddiqiyyah ( artinya orang memiliki gua) , karena beliaulah satu-satunya sahabat yang menyertai Rosululloh waktu hijrah bersembunyi di dalam gua Tsur sebagaiman tersebut dalam Al-Qur’an.
” IDZ HUMAA FIL GHORI IDZ YAQULU LISHOHIBIHI LAA TAHZAN INNALLOHA MA’ANAA ” ( QS.At Taubah/40).
Artinya :
Ingatlah tatkala keduanya ( Muhammad dan Abu Bakar ) di dalam Gua (Tsur) , tatkala bersabda ( MUHAMMAD) pada temannya, ” Janganlah kau susah, sesungguhnya Alloh itu beserta kita “.
III. PERUBAHAN NAMA-NAMA SILSILAH THORIQOH MENURUT ASY-SYAIKH MUHAMMAD AMIN KURDI AL IRBILI (Kitab Tanwirul Qulub).
Asy Syaikh Al Imam Syihabuddien Abi Abdillah Yaquti bin Abdillah Al Hamawi Ar Rummi Al Baghdadi, wafat pada tahun 626 H = 1228 M.
Beliau menyusun kitab yang namanya ” MU’JAMUL BULDAAN ” artinya Kumpulan Nama-nama Negara, terdiri dari 5 jilid besar, tiap-tiap jilidnya berisi 540 halaman.
Dalam buku jilid I, halaman 138, diterangkan bahwa ” Ada sebuah negeri yang namanya ” IRBIL ” .
Irbil itu ada dua macam :
(1). Negeri IRBIL termasuk wilayah Irak yang jaraknya dengan kota Baghdad jika ditempuh dengan jalan kaki memakan waktu 7 hari.
(2). Negeri IRBIL yang kedua terletak di pesisir termasuk wilayah Syam.
Di negeri Irbil termasuk wilayah Irak yang dekat kota Mousol, yang kota Mousol itu ada makamnya Nabiyulloh Yunus A.S. disitu lahir seorang ” ULAMA TASAWWUF” yang besar namanya, ” ASY SYAIKH MUHAMMAD AMIN KURDI AL IRBILI ” wafat pada bulan Robi’ul Awwal, hari malam Ahad, tanggal 12 tahun 1332 H.
Beliau mengarang kitab yang namanya, “KITAB TANWIRUL QULUBI FI MU’AMALATI ‘ALLAAMIL GHUYUB ” tebalnya 560 halaman.
Pada bab ” FASHLUN FI ADAABIL MURID MA’A IKHWAANIHI ” halaman 539 disebutkan demikian :
” I’LAM ANNA ALQOBAS SILSILATI TAKHTALIFU BIKHTILAAFIL QURUNI – FAMIN HADLROTISH SHIDDIEQI RODLIYALLOHU TA’ALA ‘ANHU ILASY SYAIKH THIFURI BIN ‘ISA ABI YAZID AL BUSTHOMI TUSAMMA ( SHIDDIQIYYAH)”.
Artinya :
” Ketahuilah bahwa sesungguhnya julukannya silsilah itu berbeda-beda, di sebabkan perbedaanya kurun waktu.
Silsilah dari sahabat Abu Bakar Shiddiq R.A.sampai kepada Syaikh Thoifur bin Isa Abi Yazid Al Busthomi dinamakan SHIDDIQIYYAH “.
Jadi ” SHIDDIQIYYAH ” itu bukan nama ajarannya akan tetapi nama silsilahnya.
Ajaran yang silsilahnya dari Sahabat ABU BAKAR ASH SHIDDIQ R.A. sampai kepada Syaikh THOIFUR BIN ISA ABI YAZIED AL BUSTHOMI dinamakan SHIDDIQIYYAH.
Ketahuilah bahwa Ilmu Bathin dari Rosululloh yang khusus mengenai rahasianya “ISMUDZ DZAT (ALLOH )”, itu dilimpahkan oleh Rosululloh SAW. Kepada ruhaniyah Abu Bakar Shiddiq R.A. dan rahasianya ” LAA ILAHA ILLALLOH ” dilimpahkan kepada ruhaniyah Sayyidina ALI Karromallohu wajhah.
Kemudian Sayyidina ALI Karromallohu wajhah, mengambil rahasianya “ISMUDZ DZAT ( ALLOH) ” dari sahabat ABU BAKAR ASH SHIDDIQ R.A. Dan sahabat SALMAN AL FARISI mengambil rahasianya ISMUDZ DZAT (ALLOH) juga dari sahabat ABU BAKAR ASH SHIDDIQ R.A.
Adapun sahabat ABU BAKAR dan sahabat-sahabat lainnya ( rodliyallohu’anhum) mengambil rahasianya LAA ILAAHA ILLALLOH dari sahabat ALI Karromallohu wajhah.
Dengan Demikian maka SILSILAH SHIDDIQIYYAH itu ke bawah ada yang melalui sahabat ALI ( karromallohu wajhah) dan ada yang melalui sahabat SALMAN ALFARISI Rodliyallohu anhu.
Dibawah ini Kyai Muchammad Muchtar Mu’thi Mursyid Thoriqoh Shiddiqiyyah menukilkan SILSILAH SHIDDIQIYYAH ke bawah yang melalui sahabat SALMAN ALFARISI, dinukil dari kitab TANWIRUL QULUB.
SILSILAH SHIDDIQIYYAH MELALUI SAHABAT SALMAN AL FARISI
ALLOH TA’ALA
JIBRIL Alaihis Salam.
MUHAMMAD ROSULULLOH Shollallohu alaihi wasallam.
ABU BAKAR ASH SHIDDIQI r.a.
SALMAN FARISI r.a.
QOSIM bin MUHAMMAD bin ABI BAKAR SHIDDIQ r.a.
IMAM JA’FAR SHODDIQ SIWA SAYYIDINA QOSIM bin MUHAMMAD bin ABI BAKAR SHIDDIQ r.a.
SILSILAH INI DINAMAKAN THORIQOH SHIDDIQIYYAH
SYAIKH ABI YAZID THOIFUR bin ISA bin ADAM bin SARUYAN ALBUSTOMI
Syaikh ABIL HASAN ALI bin ABI JA’FAR AL KHORQONI.
Syaikh ABI ALI ALFADLOL bin MUHAMMAD ATH THUSI ALFARMADI.
Syaikh ABI YA’QUB YUSUF ALHAMDANI.
SILSILAH INI DISEBUT ATH THORIQOH ATH-THOIFURIYYAH.
Syaikh ABDUL KHOLIQ ALGHOJDUWANI Ibnul IMAM ABDUL JALIL.
Syaikh ‘ARIF ARRIWIKARI
Syaikh MAHMUD AL ANJIRI FAGHNAWI
Syaikh ALI AR RUMAITANI AL MASYHUR BIL ‘AZIZAANI.
Syaikh MUHAMMAD BAABAS SAMAASI
Syaikh AMIR KULLAALI Ibnu Sayyid HAMZAH. SILSILAH INI DINAMAKAN ATH-THORIQOH ALKHUWAAJIKAANIYYAH.
Syaikh MUHAMMAD BAHA’UDDIN ANNAQSYABANDI bin MUHAMMAD bin MUHAMMAD SYARIF AL HUSAIN AL-AUSI AL-BUKHORI.
Syaikh MUHAMMAD bin ‘ALAAIDDUN AL-ATHORI
Syaikh YA’QUB AL-JARKHI. SILSILAH INI DINAMAKAN ATH-THORIQOH ANNAQSYABANDIYYAH
Syaikh NASHIRUDDIN UBAIDILLAH AL AHROR ASSAMARQONDI bin MAHMUD bin SYIHABUDDIN
Syaikh MUHAMMAD AZZAHID
Syaikh DARWIS MUHAMMAD ASSAMARQONDI
Syaikh MUHAMMAD ALKHOWAAJAKI AL AMKANI ASSAMARQONDI
Asy-syaikh MUHAMMAD ALBAAQI BILLAH. DINAMAKAN ATH-THORIQOHUL AHRORIYYAH
Asy-syaikh AHMAD ALFARUQI ASSIRHINDI
Asy-syaikh MUHAMMAD MA’SHUM
Asy-syaikh MUHAMMAD SAIFUDDIEN.
Asy-syaikh MUHAMMAD NURUL BADWANI
Asy-syaikh HABIBULLOH JAANIJANAANI MUNTHOHIR
Asy-syaikh ABDILLAH ADDAHLAWI. DINAMAKAN ATH-THORIQOTUL MUJADDADIYYAH
Asy-syaikh KHOLID DLIYAA’UDDIEN
Asy-syaikh UTSMAN SIROJUL MILLAH
Asy-syaikh UMAR ALQOTHBUL IRSYAD
Asy-syaikh MUHAMMAD AMIN ALKURDI AL IRBIL. DINAMAKAN ATH-THORIQOTUL KHOLIDIYYAH
( kitab TANWIRUL QULUB halaman 500-502).
IV. KETERANGAN DARI IBNU IBAD DALAM SARAH AL HIKAM AL ISKANDARIYAH TENTANG THORIQOH SHIDDIQIYYAH NYA ABUL HASAN ASY SYADZALI.
Alloh berfirman dalam Al-Qur’an:
” WAYAS-ALUUNAKA ‘AN DZIL QORNAINI QUL SA-ATLUU ‘ALAIKUM MINHU DZIKRO” (QS.Al Kahfi 83), artinya : ” Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ” Dzil Qornain”. Katakanlah, aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.”
Diantara ummat Islam ada yang berpendapat, bahwa yang dimaksud ” Dzil Qornain ” dalam surat Al Kahfi itu ailah ” AL-ISKANDAR YANG AGUNG ” , atau Iskandar yang dilahirkan di Fillo tahun 356 sebelum masehi, di ibukota Macidonia. Ayahnya Raja PHILIP II dari Macidonia, yang menaklukkan berpuluh-puluh negara, yang jajahannya sangat luasnya.
Iskandar ini muridnya seorang failoshof yang termasyhur yang namanya ” ARISTHOTILLES” yang lahir pada tahun 384 sebelum masehi.
Akan tetap kalau kita perhatikan, dzil Qornain yang ada di dalam Qur’an jauh berbeda dengan Dzil Qornain Macidonia.
Perbedaannya sebagai berikut :
(1). Dzul Qurnain, tidak ada tambahan Iskandar, tapi Dzul Qurnain Macidonia, disebutkan Iskandar Dzul Qornain.
(2). Dzul Qornain dalam Al-Qur’an menurut kitab Tafsir yang mu’tabar, temannya Nabiyulloh HIDLIR alaihis salam. Tetapi Dzul Qornain Macidonia, temannya Aristhoteles.
(3). Dzul Qornain dalam Qur’an tidak disebutkan penjajah dan pembunuh, tetapi Dzul Qornain Macidonia adalah penjajah dan pembunuh.
Oleh sebab itu saya (Kyai Muchammad Muchtar) berpendapat bahwa Dzul Qornain dalam Al-Qur’an itu bukan Dzul Qornain Macidonia.
Iskandar Dzul Qornain Macidonia telah membangun tigabelas kota, semuanya dinamakan kota Iskandariyah. Ada yang di India, ada yang di Babil, ada yang di Balakh, ada yang di Samarqondi, dan lain-lainnya. Akan tetapi yang terbesar ialah Kota Iskandariyah di mesir bagian selatan. Semua nama Iskandariyah setelah wafatnya Dzul Qornain sudah diganti nama baru, yang tinggal tetap nama Kota Iskandariyah yang ada di Mesir saja.
( Kitab Ma’jamu Buldan jilid I hal.183).
Di kota Iskandariyah Mesir, lahirlah seorang Ulama Tashowwuf yang termashur, namanya ” ASY SYAIKH TAJUDDIEN IBNUL FADLOL AHMAD BIN MUHAMMAD BIN ABDUL KARIM IBNU ATHO’ILLAH ASKANDARI”.
Wafat pada tahun 707 Hijrah, makamnya di kampung ” Qurofah” Mesir.
( Kitab Aththobaqotul Kubro, Juz II, hal .20 , Ta’lif Abdul Wahhab asy Sya’roni).
Ibnu A’tho’illah menyusun Kitab Tashowwuf tingkat tinggi dua juz nama nya Kitab ” ALHIKAM”. Kitab tersebut disyarah oleh seorang Ulama namanya ” MUHAMMAD bin IBROHIM yang dikenal namanya IBNU IBAD.
Dalam Syarah Akhikam tersebut, juz II halamn 58, Syaikh Abul Hasan Asy-Syadzali R.A. setelah masuk Thoriqoh Shiddiqiyyah, Beliau banyak dimusuhi orang-orang yang tidak faham dengan Thoriqoh Shiddiqiyyah.
” QOLA SAYYIDI ABU HASAN ASY-SYADZALI R.A., AADZAANI INSAANUN MARROTAN FADLOQQOTU DZIRO’AN BIDZAALIKA FANUMTU FAROAITU YUQOITU LIMIN ‘ALAMAATISH SHIDDIQIYYATI KATSROTU A’DAIHAA TSUMMA LAA YUBAALI BIHIM”.
Artinya ,” Bersabda tuanku Abu hasan Asy Syadzali R.A., Menyakiti kepadaku manusia satu kali, maka aku menjadi sempit sedziro’ karena itu, maka saya tidur, aku bermimpi.
Dalam mimpi itu ada sabda, ‘Sebagian alamatnya orang-orang Shiddiqiyyah itu banyak musuhnya’, kemudian ia tidak perduli kepada mereka.”
Beliau lahir pada tahun 575 hijrah, wafat pada tahun 656 hijrah, bulan Dzul Qoidah di Shokhro’ Ghirob waktu akan menunaikan Ibadah Hajji. (Kitab Ath Thobaqotul kubro Juz II halaman 4 ).
Asy Syadzali, nama desa di Afrika di Negara Oman dekat Murtasiyah (Mauritania). Waktu kecilnya dia pindah ke Thosia kemudian ke Masyriq, kemudian nsik Hajji beberapa kali, kemudian masuk ke Irak, berteman di Irak dengan Abil Fatah Waasithi.
Di Baghdad beliau masuk Thoriqoh Shiddiqiyyah, gurunya bernama :
” ABI ABDILLAH MUHAMMAD BIN SYAIKH ABIL HASAN ALMA’RUF BIN IBNI HAROZIM AL MANSUBA ILASH SHIDDIQIL A’DHOM”
(Jaami’ul Ushul Fil Auliyaa’I, halaman 101).
Adapun silsilah Keturunannya Abil Hasan Asy Syadzili, sebagai berikut :
Abul Hasan Asy Syadzili
Bin Abdulloh
Bin Abdul Jabbar
Bin Tamim
Bin Harman
Bin Hatim
Bin Qushoyyi
Bin Yusuf
Bin Yusya’
Bin Warid
Bin Abi Bithol
Bin Ahmad
Bin Muhammad
Bin Isa’
Bin Idris
Bin Umar
Bin Idris
Bin Hasan Almutsanna
Bin Hasan
Bin Ali Rodiayallohu ‘anhu.
Jadi Thoriqoh Asy Syaadzaliyyah itu juga asalnya dari Thoriqoh Ash Shiddiqiyyah.
( Jaami’ul Usul halaman 101).
V.KETERANGAN TENTANG SHIDDIQIYYAH DARI ALKAILAANI /ALJAILAANI
Pada hari Isnain, tanggal 17 Romadlon tahun 560 Hijriyah ( 29 juli 1165 ) lahirlah di Marseille, suatu negeri dalam wilayah Andalusi ( Spanyol ), seorang laki-laki yang bernama ” MUHYIDDIEN MUHAMMAD BIN ALI BIN MUHAMMAD BIN ABDULLOH AL HAITAMI”.
Yang masyhur disebut ” IBNU AROBI “
Beliaulah pengarang kitab hakekat nomor wahid di dunia, 8 jilid yang diberi nama,
“FUTUHAATIL MAKKIYYAH”
Beliau wafat di Damaskus pada malam Jum’at tanggal 28 Robi’ul Akhir tahun 638H. Dimakamkan di Damaskus, di sebuah tempat yang namanya :”SHOFA QOSYI’UN” Adapun murid Beliau yang terkenal bernama, ” ASY SYAIKH ABDUL KARIM BIN IBROHIM AL JAILANI”, lahir pada tahun 767 H dan Wafat pada tahun 805 H. Asy Syaikh Abdul Karim Al Jailani menyusun kitab Tasawwuf tingkat atas yang namanya kitab, ” AL INSAANUL KAAMIL”, dua juz. Dalam Juz yang ke dua, bab 63, halaman 131 menyebutkan demikian , ” WA AMMASH SHIDDIQIYYAH FAMABNIYATUN ‘ALAA SITTATI ARKAANIN : AL ISLAM, WAL IMAAN, WASH SHILAAH, WAL IHSAAN, WASY SYAHAADAH, WAL MA’RIFAH “.
Artinya: ” Adapun Shiddiqiyyah itu ialah didirikan diatas enam tiang, yaitu : (1).Al-Islam, (2).Al-Imaan, (3). Ash Shilah, (4).Al Ihsan, (5).Asy Syahadah, (6). Al Ma’rifat.
VI.KETERANGAN TENTANG SHIDDIQIYYAH DALAM KITAB KHOZINATUL ASROR.
As Sayyid Muhammad Haqqin Nazili ( Rohimahulloh) menyusun kitab yang namanya kitab, ” KHOZINATUL ASROR”.
Dalam kitab tersebut, bab :”KHOWAASHU KHOTMU KHOWAJIKAN”, halaman 188 disebutkan demikian, :
” MANAAFIDZI HIMMAHUMUL MAYAAYIHIR ROBBAANIYYATI WAMIZAABUL FUYUUDLI ASHSHIDDIQIYYATI WAL’ALAWIYYATI WAL HADLRIYYATI WAMAJRIYYAL HIKMATI MINAL ABHURIL MUHAMMADIYYAH”.
Artinya : ” Beberapa jendela himmahnya para Syaikh-Syaikh Robbaniyyah dan tempat menampungnya limpahannya Thoriqoh Shiddiqiyyah, dan Thoriqoh ‘Alawiyyah, dan Thoriqoh Hadlriyyah, dan tempat mengalirnya hikmah dari beberapa lautan Muhammadiyyah”.
VII.KETERANGAN DALAM KITAB JAMI’U KAROMATIL AULIYA’ (SYAIKH YUSUF IBNU ISMAIL )
Didalam kitab ” Jami’u Karomatil Auliya’ jilid I, halaman 181, ditulis oleh Syaikh Yusuf Ibnu Ismail, lahir tahun 1206H, waktu tahun 1250H, beliau menerangkan bahwa Waliyullah Zubair Abbas Al Mursyiyyi menyatakan bahwa Imam Al Gozali r.a. ialah termasuk Alhi Thoriqoh Shiddiqiyyah yang Agung.
” WA SYAHIDU LAHUL MURSYIYYU BISH SHIDDIQIYYATIL ‘UDHMA”
Artinya : Dan memberi kesaksian Abbas Al Mursyiyyi bahwa Imam Al-Ghozali itu adalah orang Shiddiqiyyah yang agung “.
VIII. KETERANGAN DALAM KITAB JAMI’UL USHUL ( SYAIKH AHMAD KAMSAQONAWIN- NAQSYABANDIYYAH).
Di dalam kitab Jami’ul Ushul halaman 101, ditulis oleh Syaikh Ahmad Kamsaqonawin-Naqsyabandiyyah, ada keterangan bahwa Waliyulloh Qutub Syaikh Abu Hasan Asy Syadzili r.a. ketika masih muda nya itu masuk Thoriqoh Shiddiqiyyah di Baghdad, dengan gurunya bernama Abu Abdillah, dan menerangkan :
“ABU ABDILLAH MUHAMMAD BIN SYAIKH ABU HASAN AL MA’RUFI BI IBNI HARASIM AL MANSUBI ILASH SHIDDIQIL A’DHOM”.
Artinya :
” Abu Abdillah bin Syaikh Abu Hasan Al Ma’rufi bi Ibni Harasim menerangkan bahwa permasalahan / perkara yang dibangsakan kepada Shiddiqiyyah itu adalah lebih Agung”.
(Diambil dari buku pedoman kader Shiddiqiyyah dalam bahasa Jawa yang ditulis oleh Musyid Thoriqoh Shiddiqiyyah Kyai Much.Muchtar Mu’thi, Losari 8 Shoffar 1403H / 13 November 1983M)
IX.THORIQOH SHIDDIQIYYAH DI LUAR INDONESIA SUDAH TIDAK ADA PERKEMBANGAN LAGI.
Perkembangan Thoriqoh Shiddiqiyyah sekarang ini diluar negeri Indonesia sudah punah, tidak ada lagi thoriqoh shiddiqiyyah, yang ada sekarang ini satu-satunya di dunia hanya berpusat di desa Losari , Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Propinsi Jawa-Timur Indonesia. Awalnya Thoriqoh Shiddiqiyyah yang masuk Indonesia berkembang di Negeri Irbil, kemudian berkembang di Negeri Nobia dan terus berkembang juga di Negeri Ninawa. Sekarang ini di negeri-negeri tersebut Thoriqoh Shiddiqiyyah sudah punah, sudah tidak ada lagi.
Masuknya thoriqoh Shiddiqiyyah ke Indonesia / Nusantara dibawa oleh sembilan ulama shiddiqiyyah dari negeri Irbil (di Irak sekarang) yang berlabuh pertama kali di pelabuhan Cirebon, Jawa Barat, kemudian menyebar ke seluruh tanah Jawa. Satu diantara 9 orang ulama tersebut adalah seorang wanita yang bernama Syarifah Baghdadi, makamnya ada di Cirebon. Sebagian besar dari sembilan ulama itu wafat dan dimakamkan di kabupaten Pandeglang, Banten, antara lain : Maulana Aliyuddin, Maulana Malik Isroil, Maulana Isamuddin dan Maulana Ali Akbar. Dan salah satunya wafat di Jawa-Timur dimakamkan di Troloyo Mojokerjo bernama Maulana Jumadil Kubro.
Kemudian perkembangan shiddiqiyyah mengalami kepunahan di seluruh dunia kecuali di Indonesia yang dikembangkan kembali dibawah Pimpinan Kyai Muchammad Muchtar bin Al-Hajji Abdul Mu’thi, tepatnya di desa Losari, Ploso Jombang mulai tahun 1954.
Pada tahun 1973 M , Kyai Much.Muctar Mu’thi atas saran-saran para penasehatnya mendirikan Yayasan Pendidikan Shiddiqiyyah, sebagai badan hukum untuk pengembangan dakwah Thoriqoh Shiddiqiyyah di wilayah Indonesia. Yayasan tersebut berkedududukan di Desa Losari Kecamatan Ploso Kabupaten Jombang Jawa Timur.
Sekarang ini (tahun 2002M) Yayasan ini sudah mempunyai cabang di berbagai kota di Pulau Jawa dan Sumatera dan perwakilannya di Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat serta negara tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
Selain menyampaikan pelajaran khusus Thoriqoh Shiddiqiyyah, Kyai Muchammad Muchtar Mu’thi juga menyelenggarakan pengajian-pengajian umum dan Wirid berjamaah secara rutin dari tahun 1973 sampai seakarang.
Pengajian umum pertama diadakan pada waktu sore ba’da ashar pada bulan romadlon penuh satu bulan. Kemudian pada setiap hari Selasa malam Rabu dan setiap hari Kamis malam Jum’at yang dinamakan Pengajian Kautsaran, kemudian bertambah lagi Pengajian Khusus pada setiap hari Ahad malam Senin dengan nama Kulliyatul Minhajul Abidin.
Sekarang ini setiap pengajian umum yang diselenggarkan oleh Kyai Muchammad Muchtar Mu’thi selalu dihadiri para murid shiddiqiyyah maupun kaum muslimin umumnya dengan jumlah hadirin lebih dari 4000 orang bahkan pada acara peringatan-peringatan hari bersejarah Islam, yang menghadiri lebih dari 10 ribu orang.
Pengajian Kautsaran malam Jum’at sekarang ini sudah tidak diadakan lagi, dan sebagai kelanjutannya adalah pengajian / kautsaran di daerah daerah yang dinamakan juga Kautsaran, yang berfungsi sebagai forum silaturahmi antar murid shiddiqiyyah dan untuk menjaga kestabilan ghirah hati dalam mengamalkan thoriqoh shiddiqiyyah.
Kesimpulan (red) , bahwa Thoriqoh Shiddiqiyyah bukan Thoriqoh baru yang didirikan oleh Kyai Muhammad Muctar Mu’thi, akan tetapi sebagaimana keterangan-keterangan dalam berbagai kitab masa lalu Thoriqoh Shiddiqiyyah adalah Thoriqoh yang sudah ada sejak jaman Nabi Muhammad yang diwariskan pertama kepada Sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq.
Tinggalkan komentar »
JAAMI,ATUL MUDZAKKIRIN ( Yarju RohmatAllah ).
Posted in Shiddiqiyyah on Februari 12, 2008 by aditya

MENGENANG PERJALANAN PANJANG JAAMI’TUL MUDZAKKIRIIN YARJUU ROHMATALLOH
Kata Jami’atul Mudzakkirin secara lughot (bahasa) artinya adalah kumpulan orang-orang yang berdzikir. Adapun fungsi Gedung Jami’atul Mudzakkirin menurut Bapak Kyai adalah untuk tempat baiat. Berikut ini adalah kronologi pembangunan gedung Jami’atul Mudzakkirin yang kami peroleh dari beberapa nara sumber.
Gedung Jami’atul Mudzakkirin Lama
Seiring dengan makin banyaknya orang yang berguru di Losari, Ploso maka pada tahun 1973M telah berdiri Gedung Jami’atul Mudzakkirin berlantai dua yang hingga saat ini masih berdiri. Hingga saat artikel ini dirilis selain berfungsi sebagai tempat baiatan juga menjadi tempat penulisan tolak balak bulan Shofar serta penulisan Al-kamilah. Angka tahun berdirinya bangunan tersebut masih dapat kita lihat di dinding bagian timur gedung. Lokasi gedung Jami’atul Mudzakkirin lama ini berada di sebelah selatan kediaman Bapak Kyai Moch. Muchtar Mu’thi.

Pada tahun 1980-an, didirikan Jami’atul Mudzakkirin berikutnya berbentuk angkring (rumah panggung ed.) ala gubuk yang materialnya seluruhnya dari bambu. Selang beberapa tahun kemudian bangunan tersebut dibongkar sehingga tempat baiatan kembali ke gedung Jami’atul Mudzakkirin lama. Lokasi bangunan kedua itu sekarang digunakan untuk tempat wudlu Jami’atul Mudzakkirin Yarju Rohmatalloh.
Sejarah Gedung Jami’atul Mudzakkirin Yarju Rohmatalloh
Keadaan lokasi tanah yang sekarang di atasnya berdiri bangunan megah Gedung Jami’atul Mudzakkirin Yarju Rohmatalloh, dulunya adalah bekas rawa-rawa yang merupakan tanah babatan Mbah Syuhada’ kakek dari Bapak Kyai Moch. Muchtar Mu’thi. Tanah tersebut kemudian menjadi milik warga desa Losari dan dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Namun tanah itu tidak produktif seperti harapan para petani. Sehingga tanah berupa sawah tanpa irigasi itu dijual kepada Bapak Kyai.
Beberapa tahun setelah tanah dibeli Bapak Kyai, diatas areal sawah yang luasnya + 3/4 ha itu Bapak Saifu Umar Ahmadi merintis kolam di sebelah timur bersama anak-anak santri. Kolam ini di kemudian hari menjadi bagian dari kompleks bangunan Jami’atul Mudzakkirin Yarju Rohmatalloh.
Tidak seperti layaknya bangunan pada umumnya, dalam pembangunan kompleks Jami’atul Mudzakkirin ada keunikan. Saat itu tahun 1988M, sebelum bangunan utama Jami’atul Mudzakkirin berdiri, terlebih dahulu telah berdiri bangunan gapura tepatnya di bagian selatan area.
Ceritanya bermula dari sambutan para murid-murid Thoriqoh Shiddiqiyyah setelah mendapat pelajaran dari Bapak Kyai. Beliau menyampaikan bahwa manusia hidup adalah pengembara yang banyak menemui kesulitan sehingga harus mempunyai pegangan hidup yang kuat. Tapi mengapa banyak murid-murid Shiddiqiyyah yang bercerai-berai dan tidak berpedoman yang kuat sebagaimana pedoman yang ada di lambang Shiddiqiyyah. Selanjutnya para murid yang kemudian dikenal dengan kelompok kader mulai bersatu. Mereka berasal dari 5 kecamatan yaitu Kabuh, Ploso, Plandaan, Tembelang dan Megaluh.
Kemudian kader-kader tersebut berusaha merealisasikan wujud bakti dan cinta mereka dengan melakukan gerakan semangat bersatu dan berjuang yang disimbolkan dengan pendirian gapura yang sekarang menjadi gapura selatan Jami’atul Mudzakkirin. Gapura ini berdiri juga atas bimbingan dan petunjuk dari Bapak Kyai. Setelah adanya gapura, dilanjutkan dengan pembangunan pagar keliling oleh Bapak Saifu umar Ahmadi dan gapura utara oleh Bapak Duchan Iskandar.
Gapura selatan dan gapura utara telah berdiri. Berikutnya memasuki tahun 1990M, pembangunan tahap berikutnya dicanangkan. Dipimpin oleh Bapak Masruchan Mu’thi, dimulailah pengecoran jalan tengah yang menghubungkan gapura utara dan selatan. Pada tahun yang sama, Mursyid memerintahkan Bapak Masruchan Mu’thi untuk membuat rancangan gambar Jami’atul Mudzakkirin. Oleh Bapak Masruchan Mu’thi yang juga adik kandung dari Bapak Kyai, selanjutnya Bapak Masruchan Mu’thi minta bantuan kepada Ir. Pranoto, MM (Warga Shiddiqiyyah Jakarta) untuk membuat rancangan gambar bangunan. Setelah rancangan gambar selesai dan disetujui Bapak Kyai, selanjutnya oleh Bapak Masruchan diserahkan kepada Ir. Mahmud Efendi sebagai pelaksana lapangan.

Tepat pada bulan Rojab tahun 1990M, pengeboran mulai dilakukan dan berlangsung sampai tahun 1992M. Pengeboran ini banyak melibatkan kader-kader Shiddiqiyyah dari daerah terutama dari daerah Jombang. Selanjutnya dilakukan pengecoran lantai satu dan beberapa tahun kemudian dilanjutkan dengan pengecoran lantai dua dan pembangunan kubah, tepatnya pada tahun 1999M.


Penggantian Nama Gedung
Setelah berlangsungnya Sidang Kholifah di Magelang Jawa Tengah pada tahun 2004M baru-baru ini, nama Gedumg “Jami’atul Mudzakkirin Bersejarah” oleh Bapak Kyai diganti dengan nama “Jami’atul Mudzakkirin Yarju Rohmatalloh”. Beberapa nara sumber (Bapak Kholifah Shiddiqiyyah) menyebutkan bahwa penggantian nama itu terkait dengan sejarah perjalanan Thoriqoh Shiddiqiyyah yang mulanya (awal tahun1970-an) penuh aral rintangan dan sekarang perkembangan Shiddiqiyyah menjadi semakin pesat. Itu semua adalah dengan “Rohmat Alloh”.
Mengenai pilihan nama tersebut yang lebih mengetahui adalah Mursyid sendiri. Beliau juga menyebutkan bahwa nama Jami’atul Mudzakkirin Yarju Rohmatalloh itu hanya ada 2 yaitu Jami’atul Mudzakkirin Yarjuu Rohmatalloh di pusat Losari, Ploso, Jombang dan Jami’atul Mudzakkirin Yarju Rohmatalloh di Magelang.
Bapak Kyai Moch. Muchtar Mu’thi pada bulan Rojab tahun ini (1425H) beliau menjelaskan, memang proses pembangunan itu memakan waktu yang cukup lama yaitu kurang lebih selama 14 tahun. Semua itu karena adanya banyak
faktor yang mempengaruhi. Diantaranya adalah faktor biaya. Biaya pembangunan gedung Jami’atul Mudzakkirin adalah sepenuhnya swadaya dari warga Shiddiqiyyah, tidak ada bantuan dari fihak lain. Disampaikan oleh beliau bahwa sebenarnya kalau saja tujuan pembangunan gedung Jami’atul Mudzakkirin hanya semata-mata untuk tujuan pengadaan bangunan saja, maka bisa saja beliau mengijinkan pemborong untuk mewujudkan bangunan tersebut. Namun beliau menolak. Karena keinginan beliau adalah memberikan kesempatan kepada warga Shiddiqiyyah untuk ambil bagian dalam pembangunannya. Mulai dari para pedagang kecil sampai pengusaha besar untuk bersama-sama mewujudkan dan mendapatkan kemanfaatan dunia dan akherat atas bangunan tersebut melalui cara jariyah.
Faktor lain yang menyebabkan lamanya waktu pembangunan adalah faktor ilham. Dari bentuk bangunan hingga pemilihan warna didasarkan pada ilham ruhi. Sehingga jika ada bagian bangunan yang tidak sesuai dengan ilham yang diperoleh, maka dilakukan pembenahan jika perlu dibongkar untuk disesuaikan.
Proses panjang pembangunan gedung Jami’atul Mudzakkirin disadari atau tidak, akhirnya menjadi sarana bagi warga Shiddiqiyyah untuk menggapai barokah peningkatan ruhani. Tepat seperti yang disampaikan oleh Bapak Saifu Umar Ahmadi (alm). Masing-masing orang yang terlibat di dalamnya menyimpan kenangan baik suka maupun duka yang menarik untuk diambil hikmahnya. Hikmah yang tidak hanya bermanfaat bagi diri mereka sendiri tapi juga bagi orang lain. Kesan yang paling mendalam yang didapat oleh tim liputan kami adalah besarnya pengabdian dan rasa cinta mereka kepada Mursyid yang ingin diungkap dalam bentuk karya nyata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar